Jakarta – Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mengajak ulama, kiai, dan lembaga dakwah Islam untuk mengantisipasi kendornya semangat keagamaan di kalangan umat Islam. Menurutnya, ulama tidak hanya bertugas melindungi agama, tapi juga menjaga bangsa.
Gus Jazil, sapaan akrab Jazilul Fawaid, mengatakan ruang gerak dakwah dan silaturahmi di tengah pandemi COVID-19 menjadi terbatas.
“Di tengah pandemi COVID-19, kita menghadapi dua masalah besar yakni kesehatan dan ekonomi. Makanya, kita ingin ada support dan doa ulama,” kata Gus Jazil dalam keterangannya, Selasa (30/3/2021).
Hal ini ia sampaikan dalam acara Temu Tokoh Ulama dan Kiai se-Kabupaten Gresik di Jawa Timur pada Minggu (28/3). Pada kesempatan ini, Gus Jazil menyebutkan Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari pada Muktamar NU ke-17 di Madiun 1947 membawakan pidato pembukaan tentang ‘menghidupkan kembali perilaku orang-orang mulia’.
Ia menambahkan dalam pidato tersebut Kiai Hasyim mengingatkan semangat keagamaan yang mulai kendor yakni ketika dakwah Islam bersaing dengan anjuran yang bertentangan dengan Islam, termasuk paham komunisme (PKI).
Jazilul menilai masalah yang pernah terjadi dahulu kembali dihadapi saat ini. Menurutnya, kini dakwah sudah kalah dengan kontes dangdut di televisi. Oleh karena itu, ia berpesan agar jangan sampai ulama dan lembaga dakwah Islam tersingkir dengan ajaran yang keluar dari akidah dan merusak akidah Islam.
“Maksiat sekarang ini sudah dipertontonkan bahkan dengan iklan. Makanya, kita kemarin sangat menentang keras Perpres Minuman Keras karena bangsa kita bukan bangsa pemabuk,” ujarnya.
Selain itu, Jazilul juga menekankan bahwa tugas ulama tak hanya menjaga agama tapi juga menjaga negara, termasuk juga dengan politik demokrasi yang dianut selama ini.
“Ulama sangat berperan dalam mendirikan bangsa, dan tugas ulama juga untuk menjaganya,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Jazilul mengungkapkan saat ini hampir semua partai berbasis Islam belum bisa berbuat banyak karena posisinya belum menjadi penguasa. Untuk itu, Gus Jazil mengingatkan agar para ulama dan kiai tidak antipati dengan politik. Menurutnya, jika demikian yang terjadi maka politik akan diisi oleh orang-orang yang bakal menyingkirkan ulama.
“Ulama hanya boleh di pesantren, suruh ngurusin ngaji. Itu keinginan mereka. Kenapa? Supaya ulama dan kiai tidak masuk ke politik. Dengan demikian maka dengan mudah mereka akan memasukkan hal-hal yang anti terhadap Islam,” paparnya.
Sementara itu, Gus Jazil juga mengucapkan syukur karena Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) masih didominasi simpatisan dari kalangan santri, ustaz, kiai dan warga Nahdlatul Ulama (NU).
“Alhamdulllah kehadiran PKB mendapat dukungan menyelamatkan umat melalui politik. Dan, saya mengajak anak-anak muda Islam, khususnya anak-anak muda NU agar jangan takut berpolitik. Mari sama-sama kita jaga negara bangsa dan agama kita,” katanya.
(mul/ega)