Jakarta – Landasan dalam menjalankan puasa di bulan Ramadhan 1442 H adalah Surah Al-Baqarah ayat 183. Surat ini berbunyi sebagai berikut:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Bacaan latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba ‘alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba ‘alallażīna ming qablikum la’allakum tattaqụn.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Miftah Maulana Habiburrahman yang akrab disapa Gus Miftah melalui detikKultum hari ini (15/4/2021) mengatakan bahwa di Surah Al-Baqarah ayat 183 ini menyebut, “Wahai orang-orang yang beriman” bukan, “Wahai orang-orang Islam” disebabkan oleh tiap orang Islam belum tentu punya iman, tetapi orang yang beriman sudah pasti Islam.
Gus Miftah juga memaparkan bagaimana orang bisa disebut sebagai orang Islam dan juga bagaimana seseorang disebut sebagai orang yang beriman.
“Orang Islam harus mempunyai iman, supaya kemudian dia bisa melaksanakan puasa. Maka banyak orang yang ngakunya Islam, tapi nggak mau puasa. Kenapa? Karena nggak punya iman,” pungkas Gus Miftah.
Selain itu, pendakwah asal Yogyakarta ini juga menyebutkan perbedaan antara orang Islam dan orang yang beriman. Orang Islam dapat dilihat berdasarkan ciri fisiknya (berkerudung) dan melalui kartu identitasnya, sedangkan tanda-tanda orang beriman tidak bisa terlihat secara fisiknya.
Lalu, ciri apa yang bisa dilihat untuk orang yang beriman?
Selengkapnya detikKultum bersama Gus Miftah: Puasa Untuk Orang Beriman tonton DI SINI.
(erd/erd)