Solo –
Tak masuknya nama KH Hasyim Asy’ari dan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam kamus sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mendapatkan protes. Pakar sejarah Nahdlatul Ulama (NU) asal Solo, KHM Dian Nafi’ menyarankan kamus tersebut diperbaiki menanggapi respons publik.
KH Hasyim Asy’ari dan Gus Dur dinilai berperan penting dalam membangun bangsa Indonesia. KH Hasyim Asy’ari yang merupakan pendiri NU dianggap berperan sejak sebelum kemerdekaan hingga awal masa kemerdekaan.
“Peranan beliau sejak sebelum merdeka sampai setelah merdeka. Pikiran mendalam tentang integrasi nasional, pengukuhan Pancasila. Itu menjadi sangat penting. Apalagi beliau sudah dinyatakan sebagai pahlawan nasional,” kata pengasuh Ponpes Mahasiswa Al Muayyad Windan Sukoharjo itu saat dihubungi detikcom, Rabu (21/4/2021).
Sementara terkait Gus Dur, dia menyebut Presiden ke-4 RI itu memiliki peran penting dalam menyatukan masyarakat Indonesia yang majemuk. Banyak kalangan menyebut Gus Dur sebagai tokoh pluralisme.
“Beliau menguatkan integrasi nasional sampai mengakar di semua lapisan masyarakat lintas suku, agama dan golongan,” ungkap pria yang menjabat Wakil Rois Syuriah PWNU Jateng tersebut.
![]() |
Namun Dian Nafi menyebut masalah kamus sejarah Kemendikbud ini tidak perlu diperpanjang. Hanya saja, pemerintah juga wajib merespons masyarakat yang resah dengan tidak adanya nama dua tokoh nasional itu.
“Peristiwa ini menjadi pelajaran buat kita bahwa kisah-kisah pertumbuhan bangsa ini harus selalu dirawat, termasuk pelaku penting di dalamnya. Kawalan masyarakat terhadap masalah ini perlu dihargai,” ujar magister pendidikan sejarah lulusan Universitas Negeri Jakarta itu.
Munculnya masalah ini juga dianggap berdampak baik. Masyarakat juga semakin peka dengan sejarah sehingga akan lebih mencintai bangsanya.
“Ini membangun kesempatan kita mempelajari sejarah kita agar menghargai perjuangan bangsa kita sendiri,” kata dia.
Atas protes masyarakat, kini Kemendikbud telah menarik kamus sejarah itu. Isi kamus sejarah masih akan diperbaiki.
“Kalau itu soal teknis, masalah manajemen. Memang bisa diperbaiki,” pungkasnya.
(sip/mbr)