Yogyakarta – Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyoroti para kiai dan kalangan pondok pesantren (ponpes) tidak masuk dalam daftar vaksinasi massal pada bulan Maret ini. Diketahui, vaksinasi massal saat ini menyasar tenaga kesehatan, pedagang, seniman, ASN, dan pelayan publik.
Wakil Rois Syuriah PWNU DIY Hilmy Muhammad mengaku hingga saat ini belum ada tindakan konkret dari pihak pemerintah dan Dinas Kesehatan untuk vaksinasi kiai dan kalangan pesantren.
“Pendataan sudah diminta dan dilakukan sejak awal tahun oleh kalangan pesantren, namun hingga saat ini belum ada komunikasi atau undangan dari Dinkes,” ujar pria yang akrab disapa Gus Hilmy tersebut secara daring, Kamis (25/3/2021).
Dibanding DIY, kata Gus Hilmy, provinsi lain seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur telah melaksanakan vaksinasi untuk para kiai. Sebagai sosok yang disegani, para kiai bahkan dijadikan sebagai figur kampanye vaksinasi.
“Jadi, kebijakan terkait sasaran vaksinasi bisa ditentukan juga oleh pemerintah daerah dan dinas kesehatan. Sementara DIY, belum memprioritaskan kiai dan kalangan pesantren,” ucapnya yang juga merupakan salah seorang pengasuh Pesantren Krapyak.
Lebih lanjut, dia menyebut bahwa pihaknya dan pihak pesantren tidak tinggal diam. Upaya komunikasi dengan pihak terkait sudah dilakukan, namun hingga saat ini belum ada tindakan yang konkret dari pihak pemerintah dan Dinas Kesehatan.
“Apakah kiai dan pesantren tidak dianggap penting di Yogyakarta ini? Prioritas vaksinasi untuk mengangkat kembali citra Yogyakarta sebagai kota wisata dan kota budaya, tidak boleh menafikkan citranya sebagai Kota Pendidikan. Menyasar seniman, pedagang, pelaku wisata, tidak boleh menafikkan lembaga-lembaga pendidikan, termasuk di dalamnya ada kiai dan pesantren,” katanya.
Sementara itu, prioritas sasaran vaksinasi telah dijelaskan pada Bab III Pasal 8 PMK Nomor 84/2020 tentang Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19. Dalam Permenkes tersebut, ada enam kelompok prioritas penerima vaksin. Tokoh masyarakat/agama berada pada kelompok prioritas kedua. Kelompok selanjutnya adalah guru dan tenaga pendidikan.
Menurut anggota DPD RI ini, kiai tidak sekadar guru. Pasalnya di samping sebagai pengasuh pesantren, para kiai adalah pengasuh masyarakat. Bahkan, setiap hari, para kiai menghadapi masyarakat dan di antara mereka banyak yang sudah lanjut usia.
“Selain itu, menilik data nasional kita telah kehilangan 400-an kiai akibat COVID-19,” katanya.
Oleh sebab itu, Gus Hilmy menganggap bahwa vaksinasi untuk pada kiai sudah sangat mendesak. Dia juga meminta jangan lagi ada alasan yang terkesan mengada-ada seperti ketersediaan vaksin, karena terbukti vaksinasi terus dilakukan.
“Tidak ada lagi alasan untuk menunda-nunda vaksinasi untuk para kiai, baik di tingkat provinsi, kota maupun kabupaten se-DIY,” imbuhnya.
(rih/sip)