KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur suatu hari mengungkapkan sebuah humor waktu mengungkapkan pidatonya pada atas panggung. Humor yang beliau sampaikan sukses menciptakan hadirin tertawa terbahak-bahak. Humor tersebut mengenai 3 orang yang naik bus tingkat.
Pada suatu hari terdapat 3 orang sedang naik bus taraf. Di kursi bawah telah penuh sang penumpang. Oleh kondektur 3 orang tersebut disuruh duduk pada atas saja. Naiklah 3 orang itu ke atas. Tetapi orang itu bergegas turun ke bawah.
“Pak pada atas,” istilah kondekturnya melihat 3 penumpangnya lari menurut atas ke bawah.
“Di atas jalan gak sopirnya, kok,” jawab penumpang itu sembari ngos-ngosan lantaran lari menurut atas ke bawah.
Gus Dur memang populer menggunakan tokoh yang mempunyai kesukaan humor tingkat tinggi. Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memilki kamus humor yang sangat banyak. Lantaran itu, humornya masih hidup sampai kini dan tak jarang disampaikan sang sahabat-sahabatnya atau terkumpul pada bentuk gugusan humor.
Meski demikian, humor Gus Dur bukan sekadar menonjolkan kelucuan. Kebanyak humor Gus Dur mempunyai makna mendalam. Misalnya beliau membuahkan humor menjadi indera mengkritik pemerintah atau tokoh tertentu.